Cara Menghitung Hasil Hammer Test: Panduan Lengkap & Mudah Dipahami
Cara Menghitung Hasil Hammer Test – Hammer test atau uji pantul (Schmidt Hammer Test) adalah metode non-destruktif (NDT) yang digunakan untuk mengukur kekuatan tekan beton (compressive strength) secara cepat dan praktis di lapangan. Agar hasilnya akurat, dibutuhkan prosedur pencatatan dan cara perhitungan nilai hammer test yang benar sesuai standar.
Artikel ini membahas secara lengkap mulai dari pengertian nilai pantul (rebound number), faktor koreksi, hingga cara menghitung mutu beton (fc’) berdasarkan grafik atau rumus korelasi.
Apa Itu Hammer Test?

Hammer test adalah uji kualitas beton yang dilakukan dengan memantulkan sebuah palu mekanis khusus (Schmidt Hammer) pada permukaan beton. Energi pantul yang dihasilkan disebut Rebound Number (R).
Nilai inilah yang digunakan sebagai dasar perhitungan kekuatan tekan beton.
Manfaat Hammer Test
Mengetahui kualitas beton secara cepat
Mengidentifikasi area beton yang mengalami penurunan mutu
Memverifikasi keseragaman struktur
Mendukung evaluasi struktur lama sebelum renovasi atau perbaikan
Komponen Utama Perhitungan Hammer Test
Untuk menghitung mutu beton dari hammer test, terdapat beberapa data penting yang harus diperoleh di lapangan:
1. Nilai Rebound (R)
Nilai rebound adalah angka hasil pantulan yang terbaca pada skala Schmidt Hammer. Biasanya dilakukan 10–12 titik tembak dalam satu area, kemudian dihitung nilai rataratanya.
2. Faktor Koreksi
Faktor koreksi diperlukan agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Koreksi Arah Pengujian
Horizontal
Vertikal ke atas
Vertikal ke bawah
Miring
Setiap arah mempengaruhi energi pantulan, sehingga grafik koreksi harus digunakan.
b. Kondisi Permukaan Beton
Permukaan yang kasar, lembab, atau karbonasi dapat memengaruhi nilai.
c. Usia Beton
Mutu beton berubah seiring waktu sehingga usia harus disesuaikan dengan grafik korelasi.
d. Tipe Hammer
Umumnya digunakan:
Schmidt Hammer tipe N (energi 2.207 Nm)
Schmidt Hammer tipe L (energi lebih rendah untuk beton tipis)
Langkah-Langkah Cara Menghitung Hasil Hammer Test
Berikut langkah-langkah detail perhitungan hammer test sampai memperoleh mutu beton (MPa):
1. Lakukan Pengambilan Data Nilai Rebound (R)
Ambil tembakan di area beton minimal 10 titik. Kemudian buang nilai yang terlalu ekstrem dan ambil nilai rerata.
Contoh Data Rebound
11, 13, 12, 14, 15, 16, 14, 17, 15, 13
Buang nilai terendah (11) dan tertinggi (17).
Rata-rata:
(13 + 12 + 14 + 15 + 16 + 14 + 15 + 13) / 8
= 14,0
Nilai R = 14 inilah yang digunakan pada perhitungan berikutnya.
2. Terapkan Koreksi Arah Pengujian
Misalnya arah pengujian adalah horizontal.
Jika berdasarkan tabel koreksi standar:
R koreksi untuk horizontal: 0,98
Maka nilai rebound terkoreksi:
Rk = R × Faktor Koreksi
Rk = 14 × 0,98 = 13,72
3. Koreksi Kondisi Permukaan
Apabila permukaan beton sedikit kasar, tambahkan koreksi:
Misal koreksi permukaan = –1 poin
Maka:
Rks = Rk – 1
Rks = 13,72 – 1 = 12,72
Nilai inilah yang digunakan untuk membaca grafik kuat tekan.
4. Tentukan Kekuatan Tekan Beton (fc’)
Mutu beton ditentukan dari grafik korelasi Schmidt Hammer.
Umumnya grafik menunjukkan hubungan nilai rebound dengan kuat tekan seperti:
| Nilai Rebound | Kuat Tekan (MPa) |
|---|---|
| 10–15 | 7–12 MPa |
| 16–20 | 13–18 MPa |
| 21–25 | 19–25 MPa |
| 26–30 | 26–32 MPa |
Karena nilai Rks = 12,72, maka estimasi mutu beton berada pada:
≈ 7–10 MPa
Untuk perhitungan lebih presisi, digunakan grafik Schmidt Hammer tipe N.
Rumus Perhitungan Hasil Hammer Test Berdasarkan Grafik
Pada beberapa proyek, mutu beton dihitung dengan pendekatan rumus empiris, misalnya:
Rumus Empiris (Contoh Umum)
fc’ (MPa) = 0,015 (Rks³) – 0,16 (Rks²) + 3 (Rks) – 10
Catatan: Rumus dapat berbeda tergantung kalibrasi alat dan standar pabrik.
Contoh Perhitungan:
Rks = 12,72
fc’ = 0,015(12,72³) – 0,16(12,72²) + 3(12,72) – 10
fc’ = 0,015(2057,8) – 0,16(161,8) + 38,16 – 10
fc’ = 30,86 – 25,89 + 38,16 – 10
fc’ = 33,13 MPa
Hasil ini adalah estimasi setelah semua koreksi diberlakukan.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Perhitungan Hammer Test
1. Kelembaban Beton
Beton lembab memberikan hasil rebound lebih rendah.
2. Karbonasi Permukaan
Beton tua cenderung lebih keras di permukaan sehingga nilai rebound lebih tinggi (harus dikoreksi).
3. Kualitas Permukaan
Permukaan yang kasar atau retak memengaruhi akurasi pembacaan.
4. Operator dan Teknik Pengujian
Kesalahan arah, tekanan tembak, dan posisi hammer dapat memengaruhi hasil.
Contoh Laporan Perhitungan Hammer Test
Berikut contoh format laporan yang biasa digunakan:
Data Pengujian
Lokasi: Kolom lantai 2
Tipe hammer: Schmidt N
Arah pengujian: Horizontal
Usia beton: 28 hari
Jumlah titik uji: 10
Hasil Pengukuran
R rata-rata: 14
Faktor koreksi arah: 0,98
Koreksi permukaan: –1
Rks = 12,72
Mutu beton (estimasi): 7–10 MPa (baca grafik)
Mutu beton (rumus empiris): 33,13 MPa
Catatan: Perbedaan nilai harus ditelaah oleh engineer.
Kesalahan Umum Saat Menghitung Hammer Test
1. Tidak Menghapus Nilai Outlier
Nilai ekstrim menyebabkan rata-rata tidak akurat.
2. Tidak Menggunakan Grafik Koreksi
Menggunakan nilai rebound mentah adalah kesalahan fatal.
3. Mengabaikan Faktor Usia Beton
Beton <28 hari belum stabil.
4. Alat Tidak Dikalibrasi
Kalibrasi wajib sesuai prosedur SNI dan pabrikan.
Kesimpulan
Cara menghitung hasil hammer test harus melalui tahapan:
Mengambil nilai rebound rata-rata
Menerapkan faktor koreksi sesuai arah tembakan
Menyesuaikan kondisi permukaan
Membaca grafik atau rumus korelasi untuk menentukan fc’
Pengujian ini sangat membantu dalam mengevaluasi kualitas beton secara cepat, namun tetap harus didampingi oleh uji lain seperti core drill atau uji laboratorium jika diperlukan.
Jika Anda membutuhkan artikel lanjutan seperti faktor koreksi hammer test, cara membaca grafik Schmidt Hammer, atau contoh laporan lengkap, tinggal beri tahu saja—Gina siap bantu!
Nah, bagi rekan – rekan yang butuh penyedia jasa sondir Bali dan sekitarnya terbaik dan terlengkap, bisa langsung kontak penyedia PT. Mitra Geoteknik Nusantara. Terima kasih.